Jumat, 04 Mei 2012

Rest In Heaven


Bertemu kamu aku menjadi lebih kuat.
Ku ingat bagaimana kamu mengajarkan aku melukiskankan pelangi saat langit mendung.
Menyapa petir saat hujan deras turun dan memayungi semua mimpiku agar tak tersapu dan hanyut bersama angan-angan.

Berjumpa denganmu membuat aku menjadi diriku sendiri.
Katamu, tak boleh menjadi orang lain. Bukankan setiap awan itu serupa, lalu apakah kamu mau serupa dengan awan lain ? Seorang aku begitu berharga untuk dirinya sendiri, bukan ?
Menggapai garis khatulistiwa yang mungkin luput dari jangkauan tangan mereka.

Bersama dengan kamu, mengajarkan aku bagaimana mencari dan menunggu.
Ditelingaku kamu berbisik sendu, tak perlu khawatir dengan apa yang hendakku cari. Karena aku telah menemukannya.
“Jika jodohnya itu dengan kamu, bagaimanapun caranya, kelak dia akan menggenggam rapat-rapat tanganmu, “

Oleh kamu, aku belajar menikmati rasa pahit kopi.
Panjang lebar kamu menjelaskan, ada rasa manis disetiap teguk kopi pahit. Kuingat kamu memaksaku menghapus airmata dan meneguk segelas kopi itu. Ingin kumuntahkan, lalu berlari dan berteriak, PAHITTTT”

Kamu berteriak, dan menganggap aku adalah orang paling idiot. “Anggap kopi adalah kehidupan, dan jadikan ampasnya sebagai kenangan. Bukti kamu kuat dan tidak lari dari kenyataan”. Aku semakin lunglai, mataku nanar, langkahku gontai. saat itulah kamu merengkuh tubuhku yang tak berdaya.

….
Bila sejak awal kusadari itu kamu, sudah sejak dulu aku tak akan pernah mencari. Aku tak akan pernah berlayar mencari yang memang bukan ditakdirkan untuk bersamaku.

Andai sejak awal, kupeka dengan bulir airmatamu saat merengkuh rapat tubuhku saat hujan itu, aku tak akan membiarkan kamu mencari yang lain, karena aku tau yang kamu cari hanya aku.
….
Kini kududuk rapat bersama denganmu. Melihat kamu tertidur pulas. dan aku meringis dalam hati, “Tak kah kamu lihat, aku berjaga semalaman hanya untuk menunggu senyummu, menghapus derai pilumu, “

Aku ingin terbang bersama kamu ke sana,  “Kelak di sana kita akan merengkuh awan itu bersama. Hingga tak ada lagi yang menggantikan senyummu,” ucapmu.


Kataku berbisik, “Tidurlah sayang, aku akan tetap terjaga dan menunggu kamu hingga terbangun".

"Besok aku akan menerbangkan layang-layang (lagi) ke angkasa untuk menyampaikan pesan ke penjaga semesta di langit biru, agar Ia tau aku merindu kamu di sini".

Rest in heaven ...

Loves, 

Cath