Selasa, 09 Agustus 2011

Ibaratnya …

Menulis itu ibarat bercinta. Melarutkan tinta di atas kertas.
Tinta sebagai sperma dan kertas sebagai ovum.
Menyatukan putih dengan hitam, menggoresnya perlahan-lahan.
Menyatukan lara dan tawa, isak dan jeritan. Erangan dan haru.



Menulis ibarat satu hati dalam dua tubuh.

Mengawinkan pria dengan perempuan dalam satu ikatan.
Menyatukan gagasan dengan ide. Menguntai kata menjadi makna.
Dan malam ini aku larut ingin bercumbu di atas pena dan kertas.
Merangkainya dalam alur, membariskan aksara dan memberinya makna.


Hingga esok singgah, aku masih ingin bergeliat, saling menatap dan menggenggam gejolak.
Tak ingin beranjak dan tetap meniduri tumpukan kertas serta noda-noda hitam ini.
Karena, belum tertuang semua cairan di dalam otak ini.
Masih beku dan menjadi virus. Dan aku gila karenanya.


Menulis ibarat aku sedang kerasukan.
Meneriakan setiap kata dalam kertas. Menetesi makna dengan tinta.
Hingga menetes setiap keringat di atas kertas dan pena. Itu tak kuperdulikan.


Kamu tau, aku jatuh cinta. Sangat dalam.

Aku merasakan gerayangan yang lebih dari sebuah sentuhan fisik.
Dan aku ketagihan. Ini puncaknya dan aku suka akhirnya,
Menulis ibarat menjalari sistem kerja otakku.
Dan aku menyenangi setiap cumbuan malam panjang ini.


Karena, aku bernafas untuk rasa …
Ingin terus memahat kata di atas kertas dan mengukirnya dengan tinta.
Menulis, dan aku ingin terus menulis.
Dan itu untuk diriku sendiri.


Cheers,



Chat’z



Dedicated : untuk setiap tulisan, untuk setiap rasa dan untuk setiap hidup. Mengertilah !!!