Minggu, 11 November 2012

Rindu Suami ...

Ini hari ke-11 aku menunggu datangnya suamiku. Ohh bukan, bukan suami beneran, karena aku belum menikah. Hanya saja ini seperti analogi, pemilihan kata atau apalah maksudnya itu tidak terlalu penting.

Aku duduk dipinggir jendela kamar di lantai atas, memandang luas di bawah awan muram dan langit yang mendung. Suasana sore mendung seperti ini, sepi seperti bersemedi menjadi rutinitas saat libur dan menjadi detik sempurna, karena 5 dari 7 hari yang kumiliki sebenarnya milik perusahan tempat aku bekerja. Tak ada waktu untuk berplesir merindu suami (lagi).

Dari atas lantai dua, aku bisa memandang makhluk-makhluk bumi beraktivitas menurut yang mereka suka, terpaksa atau upss ... kewajiban. Siang seperti sore karena cuaca sangat mendung gelap, langit akan menurunkan pasukan hujannya sebentar lagi. Kata dalam hatiku, "Aku rindu suamiku".

Aku berlari mencari buku tempat aku menuangkan ilmu-ilmu bersemediku saat waktu menyepi dan suasana sepi seperti ini. Kutuangkan apa ilmu yang tertangkap di depan mataku di dalam buku semedi miliku. Yup, setiap gang aku melihat janur kuning melengkung. Orkes dangdut menyeruak berisik bersahut-sahutan memekakan telingaku. Sangking berisiknya tak satupun lagu yang terdengar dengan jelas. Hanya nada-nada sumbang yang penting ramai. Huh!

Suara piring-piring catering, kecap-kecup pipi pengantin. Jeprat-jeprit berbagai gaya, senyum merekah, saweran jutaan rupiah, kebaya pengantin dan setelan jas merah marun. Ahh, semua menjadi cerita yang tertangkap mataku di saat bersemedi di sini.

Tidak hanya itu, janur kuning dimana-mana dan layu yang menjadi pemandangan siang gelap menjelang sore mendung hari ini. Sepertinya janur itu sudah lelah menjadi simbol pernikahan, yang berdiri dari subuh hingga hujan mengguyurnya. Kaki janur sudah keriput dan polesan daunnya sudah membusuk. Dari semua tanda janur berdiri, rata-rata sama sang pengantin bermuka sumringah melepas status lajang di akhir tahun dan mungkin mereka bersemangat menantikan malam-malam mendebarkan (sensor.red) meski kaki masih perih karena sepatu runcing berhak 7 senti di kaki.

Sebelas hari merindukan suami, memandang janur, mendengar desau dari kamar-kamar gelap di setiap gang. Mmm ... menjadi perjalanan bagiku menunggu datangnya suamiku. Makhluk rahasia ciptaan Tuhan yang akan menjadi penyambung keturunanku. 

Yah, terbukti di bulan ini, bulan yang selalu banyak janur kuning, guyuruan hujan dan saksi kamar bisu ..

Note : Bukan cerita pribadi, hanya menuangkan yang tertangkap lensa mata setiap hari.
--------------



Warm regards


Catherine








Tidak ada komentar:

Posting Komentar