Selasa, 23 Agustus 2011

JUJUR, Aku suka kamu ... :)

Gelap memangkas terang.
Aku mau menunggu hingga awan biru lagi,
Aku mau berlutut hingga fajar ....

Tuhan, nyatanya dia ada.
Dia bukan fatamorgana di tengah salju gurun,
Dia bukan klise yang kurekayasa dari mimpiku,

Mengetahui tentang kamu tidak bisa dikalkulasikan dengan angka.
Tak cukup banyak, namun hanya berharap.

Kamu datang di saat darah masih menetesi mimpi,
Kamu muncul di saat keringat masih berbau busuk,
Kamu hadir di saat aku terjaga setiap malam.

Masa lalu, cuma akan menjadi penghalang dan orang ketiga
Pada akhirnya, aku JUJUR, aku suka padamu. Suka caramu bertutur kata, suka dengan kata-kata bijakmu, suka keanehanmu, suka dengan warnamu, suka dengan kegelisahanmu, suka dengan ceritamu. Namun, tidak sanggup aku meluncurkan kalimat ini : "AKU SUKA KAMU". Tidak. Tidak bisa.

Saat sering kita berbincang hingga fajar, bahkan tertawa terbahak-bahak dan aku suka leluconmu. Kamu selalu bertanya, "SIAPA DIA ?? ", Kenapa tidak jujur sama dia. Siapa tahu dia punya rasa yang sama. Noooo. Tidak bisa. I'm sorry I can't ...

Justru aku malah berucap, ini rasa yang belum pasti. Aku malah takut menyakiti dia. Karena terlalu cepat bagiku untuk menghadirkan sosok lain. Namun, nyatanya kamu bisa. "Lebih baik seperti ini bang. Aku tak mau dia tau. Aku takut bang", ucapku sambil mengigit bibirku menahan rasa yang semakin tidak karuan.

Nyatanya kamu ada di depanku, di hadapanku. Kamu yang sedang bertanya, kamu yang sedang memangkas airmataku, kamu yang hadir terlalu tiba-tiba dan cepat. Dan kenyataannya tak satu katapun yang kulontarkan pada private message itu. Aku cuma diam. Menatap kata-katanya. Sembari, aku berucap JUJUR pertama kali pada Tuhan, "Aku suka dia, Tuhan ... Maafkan aku yang mengambil bukan milikku."

Dulu kedatanganmu terlalu cepat dan tiba-tiba dan kini kepergianmu juga terlalu tergesa-gesa dan tiada pesan. JUJUR aku sakit, dengan rasa yang masih tertahan, aku sakit melihat kamu dekat dengannya. Seperti kata kamu bang, "Bukannya kamu yang akan sakit menahannya, dan justru kamu tidak adil dengan dia". Sekali lagi, Maaf bang.

JUJUR, aku menyerah bang. Batinku mempertegas setiap realita, kenyataan dimana kutemukan kamu hanya udara segar yang ditiupkan Tuhan. Karena, kamu kini mengelana jua. Kamu sekilas mimpi yang terbang di atas kepalaku. Dan aku hanya mampu bersimpuh dan meneteskan airmata (lagi).

Dan JUJUR, "Aku suka dengan orang yang menyebutku dengan panggilan K****G"

Maaf, Tuhan ... Hapuskan nama itu. Karena dia milikMu, Bapa. Amin.

Dedicated : Mister K

Senin, 22 Agustus 2011

New Begin and many ways for that :)

PROLOG :
Hore .... Lulus. Setelah sidang skripsi akhirnya ketok palu, tiga kali pertanda aku lulus, dia lulus, kamu lulus dan KAMI LULUS. Yippi. I am so excited. So amazing, God. Melewati jalan panjang. Pergulatan batin, berharap agar cepat selesai. Ini sebenarnya cerita enam bulan yang lalu, namun baru saja akan kuposting di blog ini.
Sidang skripsi 14 Februari 2011

Before the Journey ... 
Saat kita liburan di Ciwidey Februari 2009

Aku ingat betul 3,5 tahun lalu, saat pertama kali menginjakan kaki di Kampus Tercinta ini. (*waktu itu menurutku sebutan yang agak norak untuk sebuah Institut Wartawan). Tak pernah terbayangkang bisa menghabiskan waktu di Kampus yang 10 menit dari Sweet Castle. Setelah melalui proses panjang kuliah di sini, aku bangga menjadi seorang Chaterine Sii kecil Kugy. (*nama yang kucuri dari novel best seller Dewi Lestari).

Selama kuliah di Kampus wartawan ini, tak terpikirkan olehku untuk menjadi seorang wartawan, waktu itu pun kuputuskan mengambil jurusan Jurnalistik karena kesukaanku yang gemar menulis dan banyak ingin tahu. (*seiring bertambah usia, aku menjadi kurang tertarik dengan dunia wartawan, karena begitu banyak masalah di negara ini. Intinya GA MAU TAU)

Awalnya aku bersahabat dengan 2 orang teman yang notabennya kami berbeda-beda. Tati Utami (*sering kusapa Tatha, karena aku tidak mau memanggilnya dengan Tati, karena mengingat nama guru SD ku.), gadis ini berasal dari Jawa Tengah dan beragama Muslim serta 3 tahun lebih muda dari aku. Kedua Theresia Felisiani (*kami sapa dia dengan panggilan akrab Echa). Gadis berambut kriwil ini asli Solo bercampur Flores dan beragama Katolik serta 3 tahun lebih muda dari aku.

Dengan dua sahabatku inilah, kami mendeklarasikan sebuah nama : LOLIPOP. Why ?? Karena kami dipertemukan dengan perbedaan. Selama kami kuliah, 3,5 tahun bukan waktu yang mulus kami lewati bersama. Terkadang ada akar-akar keributan satu diantara kami. Namun, itu tak pernah lebih dari sehari kami langsung membereskan masalah yang mengganjal.

Semenjak kuliah minggu pertama, kami bertiga punya angan-angan. Mimpi bersama. Tidak muluk-muluk. Lulus bareng 3,5 tahun, dengan predikat Cumlaude, duduk paling depan berjejer saat wisuda, nama kami disebut oleh rektor karena prestasi dan membanggakan kedua orang tua kami. And all this time, we had can through the time. 

After the Journey ...
We were dreams come true. 3,5 tahun : done !!, Cumlaude : done !!. duduk paling depan berjejer : done !!, nama disebut rektor : done !!, dan kami telah membanggakan kedua orang tua kami. Keluarga Kecilku di kampus : Redaksi Zone '07.

Kawan, finally kita lulus bareng juga yah. Itu teriakan pertama kami setelah selesai pengukuhan sarjana komunikasi (S.ikom), 20 Maret 2011.

Senyum terus merekah, tak ada habis-habisnya. Kini kami akan berjalan di arah kami masing-masing dan berpisah di ujung jalan. Namun, cerita tentang LOLIPOP tak akan usai, suatu saat akan ada rasa yang kita kecap bersama kawan.

Ingatlah semua, bolos bareng, sekelompok bareng, ujian bareng, ujan-ujanan bareng, makan siang ke Bogor bareng, nunggu di halte, boncengan bertiga, KKL bareng, liputan bareng, liburan bareng, arisan cuma bertiga doank (*ngocok seminggu sekali, kelarnya tiga minggu. hahaha) dan semuanya terasa sangat indah.

Aku punya sepenggal rasa untuk kita :

Terlahir dilain waktu, meretas ditempurung berbeda ....
Bertemu disatu masa, bertumbuh di bawah langit yang sama ...

Aku, kamu dan kita adalah rasa yang berbeda.
Tertawa saat kita bahagia, menangis saat kita merasa terluka ...

Cerita tentang rasa, terhenti di pertengahan Maret lalu,
Namun tunggu kawan, rasa itu akan terasa di lidah kelu kita.
Karena, beda rasa yang membuat kita menjadi Lolipop ...
dan karena kalian anugerah, dan kita kebanggaan ...

For : Dear Tatha, Echa Ayank, and My self (Chatz)
Congratulation kawan ....



Hana Masa Time ??

 

Sebenarnya video ini diambil saat aku dengan salah satu sahabatku Tatha di Redaksi Zone '07 (*kira-kira bulan Juli 2011), iseng-iseng pengen nyoba masakan Jepang. Pikirku daripada ke Jepang boo yah jauh, mending icip-icip di salah satu restaurant Jepang bergengsi di Jakarta. Yup, Hana Masaaaa ?? (*baca Hanamasa).

Kebiasaan untuk bertemu berdua setelah lulus wisuda membuat kami lupa akan status kami yaitu Jobless. (*jangan tertawa). Setiap hari Jumat kami berdua mendeklarasikan hari Jumat sebagai Arisan Jumat. (sebenarnya ga ada ngocok-ngocok arisan sih), ini sebagai ajang buat ngobrol dan sharing satu sama lain.

Nah, singkat cerita kaitan dengan video yang diunggah di atas. Cerita berawal beberapa minggu sebelumnya :
Tatha : "Chatz, makan di Hanamasa yuk !". Ucapnya suatu hari Jumat (*lupa tanggal berapa).
Chatz : "Serius lo Taa ?. Tanyaku balik padanya.
Tatha "Ïyah, tiba-tiba pengen makan makanan Jepang nih ", ucapnya riang.
Chatz : "Yaudah, mau kapan Ta ?, minggu depan atau kapan ? "
Tatha : "Tapi mahal ga Chatz ?, kira-kira 100 ribu bisa berdua ?"
Chatz : "Paling mahal abis 150 ribu berdua. w sih belum pernah tapi nyokap bokap udah pernah"

Nah, singkat perbincangan kita akhirnya setuju makan di Hanamasa Jumat depannya, tapi sebelumnya menemani Tatha mau beli sepatu bordiran di Pasar Festival Kuningan dari situ ke Hanamasa, namun akhirnya gagal ke sana (*faktor ngaret de el el) dan memutuskan untuk bertemu di Blok M Plaza. Setelah bertemu di Hokben BP, ternyata Tatha masih ngebet juga pengen ke Hanamasa. Setelah browsing tempat Hanamasa terdekat, akhirnya kita putuskan Hanamasa di Lamandau atau Jalan Wijaya (*lupa) belakang BP. 

Saat di depan pintu dengan percaya dirinya kita berdua masuk dan disapa dua pramusaji dengan berbahasa Jepang. (*lucu pake baju Kimono, my Favourite style). Memilih tempat duduk no smoking area dan tidak terlalu jauh ke dalam, karena saat itu bertepatan dengan makan siang jadi agak rame. Canggung iya, deg deg an iya, malu iyah, masalahnya kita cuma berdua dan ini FOR THE FIRST TIME, nampak di depan kita hamparan peralatan masak memasak. Tatha agak ngedumel (*becanda sih), "gw ke sini mau makan, bukan malah masak". Ya ampun Taaa, emang begini.

Awalnya kita masih bingung cara pmesan makanan di sini. Karena kita pikir setiap makanan yang diambil dibayar, dan YOU KNOW. Dengan bayar satu orang satu kali, kita YOU CAN ALL EAT. Giling kali yah, emangnya perut kita apa, kalau bawa cowok yang doyan makan sih gpp, nah ini porsi makan kita secuil nasi kucing. Ga worth it banget bayar Rp. 250 rb berdua cuma makan kayak di warteg. Alhasil semua bahan-bahan makanan diborong ke meja dan Tatha bertugas memasak, sementara aku yang berplesir ke meja hidangan untuk memilih bahan-bahannya, karena kalau aku yang masak apinya membesar kayak kompor kebakar (*dan gosong deh).

Sepanjang kita makan di sana, semua mata tertuju pada kita. Mungkin mereka berpikir ini orang norak dari mana sih, kok bisa makan di sini. Dapat voucher kali. Bagaimana tidak, nyalain kompmor ga bisa, matiin kompor ga bisa, masak soup malah dimasukin semua, masak daging apinya meleduk, makan ini itu semua tersisa, udah gitu mondar mandir ngambil bahan-bahan makanan. Heboh ngambil dan masaknya doank, habisinnya mah ga sanggup. 

Ini seperti mata kuliah Bahasa Inggris 3, CULTURE SHOCK boooo !!. So, paling ga setiap kesempatan  hidup itu akan ada yang namanya PERTAMA.  Life always through of for the first time. We were got it :)

Notes : Makan di Hanamasa maksimal dua jam, ga boleh lebih. Kalau ga bisa dihitung dua kali makan. Karena sistem di sana ada jam-jam makannya. Breakfast, Lunch, Dinner and with price Rp. 89 rb for adult and Rp. 78 rb for child. Include all, kecuali minum, beli lagi. Plus Ppn 10 persen. (*elus dada, bakar dompet) ... hahaha.

Enjoy it what your eaten. All you can eat. See Y'all.


Cheers,

Chaterine  

Bill of bill  : which I'm gonna burn my wallet. OMG :(
Tetep sempet gaya dulu donk.




Avril Lavigne_When Your Gone



I love this song. Mau tau kenapa ?? So, dengerin saja sendiri ....

Goodnite my nite :)

Aku tak dapat berdiri.
Kaki lumpuh seolah tak mau digerakan.
Ah, kenapa ini ? Mengapa ini ?

Ah, mata ini tak mau terpejam.
Langit semakin pekat, tapi retina mata ini masih siaga menangkap setiap cerminan mimpi.

Ah, mengapa telinga ini tak mau mendengar. Seakan tuli dengan desiran angin dan pekikan burung hantu atau longlongan anjing.

Ah, mengapa mulut ini tak mau terkatup. Sekuat tenaga tak mengalir, namun nyatanya semakin deras.

Apa ini ?? "What happen ??".

Shitt, ini sudah malam, besok akan segera beranjak pagi.
Maka utaskan nafasmu ke angkasa dan jangkau semuanya dalam pelita tiada sinar.


Jangan banyak bertanya. Lakukan.
Kalau begitu selamat malam, langit malam. Besok kita perbincangkan lagi !!



Cheers,


Chat'z

Minggu, 21 Agustus 2011

Over Less

Aku sudah tertidur terlalu lama, terlalu terlelap dan belum tau kapan bisa bangun.
Ataupun beranjak dan mencuci semua isi kepala yang lama buntu.

Aku sudah terlalu lama berdiskusi dengan rasa hitam ini, terlalu banyak percakapan.
Ingin mengganti warna ini menjadi jingga, karena jingga sudah ada sejak lama. Jingga indah tiada tara.

Aku sudah terlalu lama berdiri, dan bahkan berlari di tempat.
Ingin memerintahkan sensor otak untuk melangkah keluar dari kubangan busuk ini. Mencari sesuatu yang menarik hati.

Bosan, marah, muak, dan semuanya larut dalam satu emosi.
Jengah, sepi, takut dan semuanya berkolaborasi dalam satu teriakan.

Rindu hujan, karena sekarang kemarau.
Rindu angin, karena sekarang terik.
Rindu malam, karena sekarang siang.
Rindu rindu rindu, aku rindu aku yang dulu. Dan semuanya begitu.

Ini hampir di ujung mimpi. Ibarat dalam satu pejaman aku mengurai benang kusut.
Mengutas rajutan menjadi sulaman cantik dengan mata terpejam.
Tak ada satu berkas memberiku pelita.

Arghh, cukup desahan omong kosong ini. Lakukan saja apa yang dikehendaki.
Huffttt, cukup saja mengeluh. Lebih baik tertawa bukan.


*Okeh, aku akan ke sana membangunkan diri sendiri.


Cheers,


Chat'z

Sabtu, 20 Agustus 2011

Sepotong Sunkiest Kuning

Sekarang sore menuju magrib,
Belum saatnya gelap.
Matahari masih sigap mengukir cahayanya.
Meski beberapa saat lagi akan ada perjanjian dengan langit.

Garis cakrawala merupa, segaris dengan laut.
Pertanda matahari tergusur dan langit malam segera bertugas.
keduanya berjabat tangan, untuk pergantian waktu.

Matahari perlahan-lahan pulang, tenggelam.
Sebelum akhirnya benar-benar menghilang,
Matahari memperagakan rupanya.
Bulat setengah lingkaran, kuning keemasannya memercikan warna di atas tubuh laut,
Indah, sangat memesona. Lembayung menari-nari jua.

Di mukanya kita duduk bersila, saling menyenderkan keluh kesah pada semesta.
“Hufttt, “ desah nafas kita beradu dengan angin sore itu.
Kusenderkan separuh kepalaku di gegap bahumu.
Kucium aroma tubuhmu yang bercampur dengan bau asin air laut.
Tubuh kita yang disorot matahari sore tampak berwarna semu gelap,
Dengan jarak pandang lepas, terlihat matahari sore tersenyum,
membentuk tubuhnya seperti sepotong Sunkist kuning.

Sepotong Sunkist kuning yang memberikan beraneka rasa, seperti kamu…

Ada saatnya manis, seperti matahari pagi,
Kadang pula kecut, saat matahari terik.
Juga terasa asam, ketika matahari sore,
Bahkan terasa pahit, begitu matahari pergi.
Ini analogi kamu, “Sepotong Sunkist Kuning”.

Laut, 27 Juni 2011
Cheers,


Chaterine

Jumat, 19 Agustus 2011

Catatan Kecil Ke 101

Ini catatanku yang ke seratus satu. Akhirnya, aku mampu menorehkan seratus rasa yang ku miliki selama bercumbu dan bercinta dengan benda maya yang selalu menarik hatiku untuk menjamahnya."Mini notebook en Facebook".

Di catatan pertama, kulukis catatan ini dengan penuh cinta. Yah, Cinta pertama pada benda maya yang selalu senang kusenggama. Cintaku pada benda maya ini melebihi cintaku pada diri sendiri hingga terkadang tak kuperdulikan perih melumat sendi-sendi sistem tubuhku dan aku mulai merinding mengeluarkan keringat.

Namun cintaku tidak melebihi cintaku pada Tuhanku yang menciptakan sepasang merpati yang sedang mengepakkan sayap, terbang mengelilingi langit, seperti aku yang menyenangi traveling. Dan sepasang merpati itu seperti aku dan dia yang kusebut dengan panggilan manis, "Lelakiku dan perempuanku".

Di catatan ke 50 bercerita tentang hidup yang penuh dengan perjuangan mempertahankan cinta pertama pada benda maya yang tidak pernah membalas senggamaku setiap malam. Dia hanya diam, bisu dan memandangku dengan tatapan nanar dan kosong, seperti menikmati setiap sentuhan tanganku yang mengelus-elus bagian atas. "Lembut dan tidak berbau" pikirku.

Di catatan ke sembilan puluh sembilan, bercerita tentang masa kelam dengan seorang pembohong nomor satu di muka bumi. Dan aku yakin dia akan menyesal.

Hingga akhirnya di catatan ke seratusku tertera list nama-nama baby yang kuharap ada salah satunya kelak menjadi nama malaikat yang akan kutimang, gendong bahkan kususui. Malaikat sekecil aku yang tercipta dari darah dan daging aku dan dia. Dan kulahirkan dari rahimku kelak.

Dan yang pertama setelah catatan seratusku, ini catatan pertama setelah seratus yang kusebut catatan kecil ke seratus satu... Ini awal perjumpaanku dengan hidup yang menggapai setiap mimpiku. Mimpi yang satu persatu Tuhan berikan padaku.
Mimpi yang setiap hari kugumuli, sakit yang setiap waktu kutahankan. Kini menguap dan terbang dan kini yang ada cuma aku dan dia.

Yah, "Aku dan perempuanku, "ucapmu waktu itu.
dan ku jawab senada dan setuju, "Aku dan lelaki jua, " senyum kecil yang akan membingkai perjalanan kita kelak.

Amin...
Jesus love yáll

Cheers,

_Ch_

Note : catatan yang kuunggah dari facebookku. Catatan yang menjadi sejarah penting untukku di tanggal 19 Mei 2011

Kamis, 18 Agustus 2011

Episode ...

Cerita terangkai …
Alur menjadi titian cerita …
Maju atau mundur itu pilihan.
Tak banyak tokoh yang harus tercipta,
Apalagi sekedar peran pembantu.

Biar kita bertindak sebagai tokoh utama sekaligus pencipta cerita.
Satu episode berakhir, dua, tiga begitu seterusnya …
Dan kini episode terakhir cerita tentang kecil.
The end ….

Rabu, 17 Agustus 2011

SELESAI

Kukubur kau sedalam-dalamnya.
Meski masih bernafas, tetap ku akan menimbun rupamu dengan dusta yang kau cipta sendiri.

Maaf, tak ada kesempatan perbaiki yang sudah rata dengan pertanyaan tanpa jawaban pasti.
Kesempatan tak akan dapat terulang lagi, sementara kau sia-siakan saat itu.

Kubakar kisah kita dengan api yang paling dahsyat, agar melebur menjadi debu dan mudah diterbangkan angin.
Usai sudah ratapan menjijikkan, telah selesai pertunjukkan manis ini.

Jika aku penonton kusita setengah ruangan tempat pertunjukkan itu berlangsung.
Agar kubisa mengemasnya menjadi cerita romantis nan tragis dan aku tertawa terbahak-bahak.
Hahaha... Seperti ini.

Biarkan aku membuangmu ke dasar laut yang paling gelap.
Dan ijinkan aku menghanyutkan cerita omong kosong ini ke tengah samudera agar segera merapat dengan bangkai dan tulang belulang.

Melajulah kencang kisah pahit ini, dan segeralah hampiri aku ke dermaga wahai hidup yang baru.
Agar ku mampu melambaikan senyum yang paling manis sementara dia berkelana entah ke mana.

Dan kuharap kata selesai dapat menguburnya dan semoga tak ada yang mencoba merecokinya ataupun melanjutkan dua atau tiga episode lagi.  
Karena pertunjukan sudah selesai.

Selesai ....  
The End ...
Fin ...


Cheers,


_Ch_

Selasa, 16 Agustus 2011

Sepenggal Cerita Kecil Tentang Kopi

 Maaf aku ingin pergi, pergi dari kesakitan ini.
Maaf aku harus jauh, jauh dari rasa sakit ini.
Maaf aku ingin sendiri, sendiri menyelinap masuk di antara kericuhan hati.
Dan maaf aku harus menyebrang, lewati laut mati ini.

Sudah cukup aku merasakan kelumpuhan langkahku,
Sudah cukup aku rasakan pil pahit yang kuracik sendiri,
Dan kini aku ingin melawan arus rasa, sekalipun harus berlari di atas air keruh,

Tak banyak yang akan terucap lagi, tak banyak lagi potret yang akan terukir lagi.
Kita sama-sama merasakan sakit yang luar biasa, dan kita juga pernah merasakan perjalanan yang luar biasa.
Pancaran itu akan tetap sama, entah sampai kapan. Mungkin sampai mata kita sama-sama  lelah menangis.

Tenang saja, langit kita masih sama. Meski tak lagi berpijak di tanah yang sama, paling tidak kita masih tinggal di bumi, berjauhan jaraknya hingga ribuan kilometer. Aku tahu cakrawala itu yang akan mempertemukan kita kelak.
Ku ingat setiap rasa yang kau tuangkan dalam gelas kopi pahit kehidupan, itu menjadi candu dan kini aku ingin berhenti menenggak rasa itu, karena akan ada musimnya aku tak suka kopi buatan tanganmu.

Kini biarkan kita sama-sama menyeduh racikan kopi buatan tangan kita sendiri dan menenggaknya seorang diri. Jangan biarkan siapapun mengambil rasa itu dari kita. Biarkan tetap menjadi ampas dan hanya kita yang tahu.

Dan rasa kopi itu dipisahkan oleh “Perbedaan”



Cheers,


_KECIL_

Selasa, 09 Agustus 2011

Ibaratnya …

Menulis itu ibarat bercinta. Melarutkan tinta di atas kertas.
Tinta sebagai sperma dan kertas sebagai ovum.
Menyatukan putih dengan hitam, menggoresnya perlahan-lahan.
Menyatukan lara dan tawa, isak dan jeritan. Erangan dan haru.



Menulis ibarat satu hati dalam dua tubuh.

Mengawinkan pria dengan perempuan dalam satu ikatan.
Menyatukan gagasan dengan ide. Menguntai kata menjadi makna.
Dan malam ini aku larut ingin bercumbu di atas pena dan kertas.
Merangkainya dalam alur, membariskan aksara dan memberinya makna.


Hingga esok singgah, aku masih ingin bergeliat, saling menatap dan menggenggam gejolak.
Tak ingin beranjak dan tetap meniduri tumpukan kertas serta noda-noda hitam ini.
Karena, belum tertuang semua cairan di dalam otak ini.
Masih beku dan menjadi virus. Dan aku gila karenanya.


Menulis ibarat aku sedang kerasukan.
Meneriakan setiap kata dalam kertas. Menetesi makna dengan tinta.
Hingga menetes setiap keringat di atas kertas dan pena. Itu tak kuperdulikan.


Kamu tau, aku jatuh cinta. Sangat dalam.

Aku merasakan gerayangan yang lebih dari sebuah sentuhan fisik.
Dan aku ketagihan. Ini puncaknya dan aku suka akhirnya,
Menulis ibarat menjalari sistem kerja otakku.
Dan aku menyenangi setiap cumbuan malam panjang ini.


Karena, aku bernafas untuk rasa …
Ingin terus memahat kata di atas kertas dan mengukirnya dengan tinta.
Menulis, dan aku ingin terus menulis.
Dan itu untuk diriku sendiri.


Cheers,



Chat’z



Dedicated : untuk setiap tulisan, untuk setiap rasa dan untuk setiap hidup. Mengertilah !!!